Setelah 48 Tahun, Nyaris Punah Tari Cakter Tampil Memesona
TARI Cakter khas Bangka nyaris punah. Padahal tarian tersebut sangat populer di masanya. Bahkan satu dari tiga tari yang dipentaskan ketika peresmian Taman Mini Indonesia (TMII) di Jakarta, 48 tahun lalu, tepatnya tahun 1975.
Namun, kekhawatiran akan kepunahan tarian Cakter kini sirna. Harapan muncul. Sekelompok anak muda Sungailiat, Kabupaten Bangka bertekad merawat tradisi dengan melakukan revitalisasi.
Hasilnya, tari Cakter tampil memesona diperagakan pada malam puncak peringatan HUT Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ke-23 di halaman Kantor Bupati Bangka, Minggu malam (10/12/2023).
Ribuan mata itu dan lampu lighting tertuju ke 75 orang penari Cakter yang sedang memeragakan tarian pergaulan muda mudi itu di depan panggung utama.
Dengan diiringi alunan musik irama riang khas Cakter, ke 75 penari pria wanita itu bergerak lincah menggerakkan kedua tangan memainkan sehelai kain berwarna kuning keemasan dengan gerakan kaki sesekali setengah berjingrak ringan, lutut menekuk dan badan miring ke kiri kanan seperti gerakan setengah berputar.
Ribuan penonton itu terpukau, berdecak kagum. Setelah gerakan terakhir ke 75 penari yang terdiri dari Guru dan Tata Usaha (TU) sekolah se-Sungailiat itu, tepuk tangan terdengar dari undangan dan ribuan penonton. Peragaan tari Cakter, sukses!
“Saya benar-benar terharu bercampur bahagia. Sulit saya menggambarkan perasaan saya lagi, sekarang,” ucap Y. Sugianto, bintang tamu peragaan tari Cakter, Minggu malam.
Cakter adalah tarian muda mudi yang mengekspresikan kegembiraan setelah panen sahang atau lada.
Sugianto tidak lagi muda, tapi malam itu pria kelahiran Ponorogo, Jawa Timur 68 tahun lalu, tepatnya tahun 1956, merasa muda kembali. Laksana ketika ia lolos seleksi untuk mementaskan tari Cakter di TMII.
Ketika itu, ia adalah pelajar Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Pemda di Sungailiat. Perihal sampai Sungailiat, Sugianto menuturkan mulanya ia hanya merantau tahun 1974. Setahun kemudian atau 1975 diterima sebagai siswa SPG Pemda.
Sekitar 200 siswa yang berasal dari SPG Pemda, SMA Pak Iyan, SMEA Persiapan dan STM ikut seleksi untuk tampil di TMII. Proses seleksi dialakukan langsung oleh sang maestro tari Cakter yaitu Muchtar Accros.
Muchtar Accros adalah seorang seniman tari Sungailiat, koreografer yang banyak melahirkan karya tari tradisional. Selain Cakter, karyanya yang diperagakan hingga saat ini adalah Tari Sambut Sepintu Sedulang. Biasanya diperagakan untuk menyambut tamu-tamu penting.
Hasil seleksi, terpilih 15 orang pelajar mewakili Bangka yang memeragakan tari dalam peresmiaan TMII.
“Yang menari Cakter hanya 8 orang. Empat pria dan empat wanita. Saya, Kusna, Krisdawati, Didik, tapi hanya saya yang masih aktif berkesenian,” ujar Sugianto mengenang momen itu dan beberapa nama yang masih dihapal.
Dalam perjalannya, Sugianto bersama sejumlah seniman lainnya mendirikan Sanggar Pesona Wangka. Sanggar ini sebagai upaya mengembangkan dan merawat tradisi. “Kami ada enam orang, Atik (Ernawati) dan lain sebagainya,” ujarnya.
Di TMII selain menari Cakter, Sugianto juga, bersama 14 penari lainnya memeragakan tari Taber (tolak bala) dan tari Kecupus.
Tari Taber diperagakan terakhir kali sekitar tahun 1990, sedangkan tari Kecupus sejak sekitar 1980 sudah jarang dikenal.
Malam itu selain Sugianto, ada Ernawati atau akrab disapa Mpok Atik generasi kedua tari Cakter sebagai bintang tamu.
Malam itu, keduanya menari lincah bersama penari lainnya yang lebih muda. Gerakan keduanya ringan, teratur, dengan lenggokan memesona ribuan mata.
Muchtar Accros sekitar 20 tahun lalu meninggal. Malam itu karyanya dipentaskan kembali di halaman Kantor Bupati Bangka, Sungailiat dalam momen yang paling sakral bagi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Momen yang dimulai perjuangannya sejak tahun 1956: lahirnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Malam itu, tari Cakter dipersembahkan bagi para pejuang, Presedium Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tokoh dan ribuan masyarakat yang hadir dalam puncak peringatan HUT Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ke-23 yang digelar Pemkab Bangka.
Merawat Tradisi
Kembali diperagakannya tari Cakter tak lepas dari upaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dinparbud) Kabupaten Bangka.
Bersama Dewan Kesenian Kabupaten Bangka, upaya melakukan revitalisasi sejumlah tari tradisional yang nyaris punah dimulai sekitar 2 bulan lalu.
“Ini kerja bareng, terkait tari Cakter ada dua narasumber utama sebagai ahli warisnya yaitu Pak Sugianto dan Mpok Atik (Ernawati). Saya terlibat lebih ke terkait penata musiknya,” ujar Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Bangka, Wandasona Alhamd, Minggu malam.
Sekitar sepekan sebelum diperagakan, proses latihan dilakukan selama sepekan di Gedung Juang, Sungailiat.
Sebagai penari, ujar Wanda, adalah para guru dan tata usaha (TU) sekolah se-Sungailiat. Dia punya alasan tersendiri soal penari.
“Lebih mudah diorganisir, apalagi kita minta izin ke Dinas Pendidikan dan Cabdin terkait dispensasi kerja selama latihan. Intinya kompak latihan, kalau kompak proses latihan mudah. Yang repot kalau ada yang datang, ada yang tidak,” tutur Wanda.
Sebenarnya Wandasona adalah penari Cakter. Dia malah mendapat bimbingan langsung dari Muchtar Accros.
“Sekitar tahun 1993, saya masih SMP. Waktu itu seingat saya juga dipentaskan secara kolosal,” ujarnya.
Wandasona Alhamd adalah wartawan RRI Sungailiat, Pimpinan Sanggar Seni Lawang Budaya dan Ketua Seksi Seni, Budaya dan Pariwisata PWI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
“Skripsi saya di Jurusan Ilmu Komunikasi, STISIPOL Pahlawan 12, tentang makna simbol Tari Sambut Sepintu Sedulang,” ungkapnya.
Sanggar Seni Lawang Budaya Babel berhasil menoreh prestasi tingkat nasional dalam ajang Parade Tari Nusantara ke 39 TMII di Jakarta, Minggu (12/11/2023).
Melalui karya tari berjudul Bubung Tujuh, Sanggar Seni Pimpinan Wandasona Alhamd ini berhasil menyabet Penata Rias & Busana Terbaik dan 10 Penyaji terbaik, penata tari terbaik serta penata musik terbaik.
“Kita ingin tari tradisional seperti Cakter dan lainnya diajarkan kembali di sekolah khususnya Kabupaten Bangka. Maka dilakukan revitalisasi agar bisa terus berkembang,” kata Wandasona.
Wandasona pun mengucapkan terimakasih ke Pj Bupati Bangka, M Haris, karena telah memberi ruang bagi seni dan budaya tradisional tampil.
“Sudah lama momen seperti ini kami nanti. Pj Bupati Bangka merespon keinginan kami agar memberikan ruang untuk memajukan seni budaya tradisional Bangka,” ujarnya.
Sementara Sugianto, selain berterima kasih ke Pj Bupati M Haris, dia berharap agar ada upaya terencana dan memfasilitasi bagi pengembangan seni dan kebudayaan tradisional Bangka.
“Saya berkomitmen sebagai bentuk tanggung jawab, kalau mau digali tari-tari yang dulu kami tarikan, saya bersedia. Ini sebagai bentuk tanggung jawab saya untuk menghidupkan kembali, saya dengan senang hati,” ujar Sugianto.
Sedangkan Pj Bupati, M Haris menuturkan sengaja menampilkan perpaduan seni budaya tradisional dan moderen pada rangkaian peringatatan HUT Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, di halaman Kantor Bupati Bangka, Sungailiat.
“Kemoderenan adalah keniscayaan, tari seni budaya tradisional adalah pijakan kita dalam melangkah. Maka harus dirawat agar terus berkembang dan diwarisi,” ujar Haris.
M Haris mengatakan akan terus mendorong dan memfasilitasi agar seni budaya tradisional terus berkembang dan tidak tenggelam oleh modernitas.
“Ini adalah bagian dari upaya untuk menumbuhkan kretivitas dan ekononi kreatif. Bagaimana pun seni budaya dalam konteks hari ini, adalah bagian dari tumbuh kembangnya ekonomi kreatif tanpa harus kehilangan filosofi dan konteks,” ujar M Haris.
Pemerintah Kabupaten Bangka, sangat mengapresiasi sejumlah komunitas seni budaya yang hingga hari ini terus bertahan.
“Tugas kami membantunya, memberikan ruang agar karya-karya bisa diekspresikan dan menjadikan pelaku seni budaya sebagai mitra dalam memajukan Kabupaten Bangka,” tutur M Haris. (*)