TARI TABER
Taber merupakan salah satu kegiatan upacara adat ritual yang berasal dari suku Lum yaitu suku pedalaman yang ada di Kabupaten Bangka yaitu suatu kegiatan permohonan kepada roh-roh halus. Taber atau Naber biasanya dilakukan dengan tujuan untuk :
- Menghindari gangguan makhluk halus.
- Menghilangkan Kesialan / Tolak Bala’.
- Permohonan agar rejeki/hasil panen berlimpah.
Menurut pemanfaatannya Taber / Naber dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
- Taber Laut
- Taber Darat
Dengan adanya kegiatan Taber/Naber terciptalah Tarian yang menggambarkan kegiatan dalam upacara adat Taber. Tarian ini dilakukan secara berkelompok. Tarian ini berbau mistis dan menggunakan property berupa kemenyan,dan lain-lain.
Untuk Jumlah Personil serta pakaian yang dikenakan para penari dalam Tari Taber yaitu minimal 15 orang dan kostum yang dikenakan untuk wanita serba hitam/merah, dan untuk penari laki-laki hanya celana hitam panjang, ikat pinggang hitam, Ikat Kepala, wajah dicoreng-coreng, aksesoris kalung dari buah pinang.Jumlah Personil serta pakaian yang dikenakan para pemusik dalam Tari Taber yaitu minimal 2 (dua) orang. Kostum untuk Pawang, adalah celana hitam panjang, ikat pinggang hitam, wajah dicoreng-coreng, aksesoris kalung dari buah pinang dengan membawa bokor yang berisi arang yang berisikan kemenyan dll sebagai penambah daya magis sebuah tarian. Iringan Musik berupa tabuhan alat musik gendang dan suara mantra.
Yang menarik dari tarian taber adalah atraksi dari sang pawang /dukun. Sang dukun/pawang dapat mendemonstrasikan berbagai gerakan-gerakan yang atraktif yang menggambarkan permohonan kepada Sang Pencipta dalam ritual pengusiran terhadap roh-roh jahat yang terkadang diselipi unsur-unsur seperti kesenian debus (Banten). Tarian ini memang jenis tarian yang berbau mistis, karena itulah sekarang ini para pelaku seni di Kabupaten Bangka sudah jarang mempertunjukkan Tari Taber, karena salah satu personil penari bahkan terkadang beberapa orang dari penonton akan kerasukan roh-roh halus disaat menarikan ataupun setelah mempersembahkan tarian ini. Namun sebenarnya hal itu dapat saja diatasi apabila yang mempersembahkan tarian tersebut memahami dan mengerti bagaimana tata cara mempersiapkan tarian ini dengan baik. Dengan demikian seni budaya peninggalan para pendahulu kita tetap terjaga kelestariannya.
Sumber : Gustari
Fotografer : Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan